LAPORAN PRAKTIKUM
FARMASI FISIKA
KOEFISIEN PARTISI
L.
Tujuan
Mengetahui
pengaruh PH terhadap koefisien partisi obat yang bersifat asam lemah dalam
dalam campuran pelarut kloroform-air
II. DASAR TEORI
Koefisien partisi lipida-air suatu
obat adalah perbandingan kadar obat dalam fase lipid dan fase air setelah di
capai kesetimbangan, adanya pemahaman tentang koefisien partisi dan pengaruh PH
pada koefisien partisi akan bermanfaat dalam hubungannya dengan ekstraksi dan
kromatografi obat.
Beberapa obat mengandung
gugus-gugus yang mudah mengalami ionisasi. Oleh karena itu koefisen partisi
obat-obat ini pada PH tertetu sulit untuk di prediksi terlebih jika melibatkan
lebih dari satu gugus yang mengalami ionisasi. Meskipun demikian, sering salah
satu gugus dalam satu molekul obat lebih mudah mengalami ionisasi dari pada
gugus yang lain pada ph tertentu.
Koefisien partisi adalah tetapan
keseimbangan suantu senyawa dalam sistem pelarut non polar dan polar, yang
secara logaritmitma berhubungan dengan energy bebas
Ada dua macam
koefisien partisi:
1.
Koefisien partisi atau TPC (true partition
coefficient) harus memenuhi peryaratan kondisis sebagai berikut:
a.
Antara dua pelarut benar-benar tidak dapat
campur satu sama lain
b.
Bahan obatnya tidak mengalami asosiasi dan disosiasi
c. Kadar obatnya relatif kecil (< 0,01 M)
d. Kelarutan solut pada masing-masing pelarut kecil.
jika semua persyaratan terpenuhi, maka berlaku persamaan: TPC=C1/C2
keterangan= C1= Kadar obat dalam fase lipoid
C2= Kadar obat dalam fase air
.
c. Kadar obatnya relatif kecil (< 0,01 M)
d. Kelarutan solut pada masing-masing pelarut kecil.
jika semua persyaratan terpenuhi, maka berlaku persamaan: TPC=C1/C2
keterangan= C1= Kadar obat dalam fase lipoid
C2= Kadar obat dalam fase air
lll.
Alat dan Bahan
A.Alat
1.tabung reaksi
2.pipet tetes
3.gelas beker
4.labu takar
5.pipet gondok
6. Erlenmeyer
7.Spekrofotometer
B. Bahan
1. fecl3
2.ph 3,4 dan 5
3.kloroform
4.aquadest
5. larutan dapar fosfat
lV.
Menentukan APC
1.
Diambil
25 ml larutan dapar salisilat ph 3 dengan
pipet volume 25 ml, di masukkan dalam Erlenmeyer 100 ml
2.
Diambil
10 ml kloroform dengan pipet volume 10 ml, dimasukkan dalam Erlenmeyer 100 ml
di atas
3.
Di
masukkan campuran dapar salisilat ph3 dengan kloroform ke dalam indikator
bersuhu 37C
4.
15
menit setelah di masukkan di ambil 1 ml, di ambil 1 ml fase air campuran dalam Erlenmeyer
5.
Di
masukkan 1 ml fase tersebut dalam labu takar, di masukkan aquades sampai
tanda larutan x
6.
Di
ambil 2ml larutan x dengan pipet volume 2ml, di masukkan kedalam tabung reaksi
7.
Di
ambil 2 ml larutan fecl3 dengan pipet volume 2 ml, di masukkan dalam tabung
reaksi, campuran dalam tabung di gojog perlahan
8.
Di
ukur absorbansi larutan dalam tabung dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 525nm
9.
Di
lakukan 4 sampai langka 8 setelah 15,30,45 dan 60 menit
10. Di lakukan langkah 1 sampai 9
dengan dapat salisilat ph 4 dan ph 5
PEMBAHASAN
Praktikum ini di lakukan pengukuran koefisien partisi dan
absorbansi dari campuran dapr obat asam salisilat dengan kloroform yang
merupakan lipida. Bila di tinjau dari kepolaran kedua larutan yang di gunakan
maka secara teoritis kedua larutan tersebut hanya sedikit yang dapat saling
melarut bahkan bias di katakana tidak ada yang melarut atau tidak saling
bercampur, karena adanya perbedaan polaritas yaitu kloroform yang merupakan
fase lemak(fase non polar) dan dapar salisilat yang merupakan fase air (fase
polar)
Praktikum kali ini larutan dapar yang di gunakan yaitu
dapar asam salisilat, karena agar tidak terjadi perubahan ph. Jika tidak
mengunakan dapar asam salisilat maka ph akan berubah. Pengaru ph terhadap apc
adalah semakin tinggi ph maka apc makin kecil, kadar yang di hasilken dengan
pola samping dengan waktu 0 sampai 15
mengalami penurunan dan pada waktu 30,45 dan 60 menit tetap stabil. Dalam kestabilan
tersebut mengalami keseimbangan dan jenuh jadi tidak ada asam salisilat.
Kadar asam salisilat akan mencapai kesetimbangan apabilah
selisih antara kedua larutan atau beberapa data kadar asam salisilat dengan
ph3, ph4 dan ph 5 sedikit dan pada Erlenmeyer terbentuk 2 lapisan. Tujuan sampling
dengan waktu 15 menit yaitu untuk melihat batas antara fase air dan kloroform.
Pengukuran absorbansi larutan dalam tabung yaitu mengunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 525 nm, pengunaan spektrofotometer
yaitu bersifat irreversible, sehingga data dapat terlihat. Pengunaan spektrofotometer
sama dengan mengantiakan mata untuk melihat intensitas warna di dalam spektrofotometer.
Pada pengukuran di tambahkan laruta fecl3 untuk
memberikan warna pada larutan agar data absorbansi dapat di baca oleh
spektrofotometer cahaya yang ada. Pemnberian fecl3 pada larutan mengubah warna
larutan menjadi ungu atau violet yang menandai adanya derivate salisilat di
dalam larutan
No comments:
Post a Comment