Sunday, July 31, 2016

DASAR TEORI KOEFISIEN PARTISI




LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
KOEFISIEN PARTISI
L.  Tujuan
Mengetahui pengaruh PH terhadap koefisien partisi obat yang bersifat asam lemah dalam dalam campuran pelarut kloroform-air
II. DASAR TEORI
             Koefisien partisi lipida-air suatu obat adalah perbandingan kadar obat dalam fase lipid dan fase air setelah di capai kesetimbangan, adanya pemahaman tentang koefisien partisi dan pengaruh PH pada koefisien partisi akan bermanfaat dalam hubungannya dengan ekstraksi dan kromatografi obat.
             Beberapa obat mengandung gugus-gugus yang mudah mengalami ionisasi. Oleh karena itu koefisen partisi obat-obat ini pada PH tertetu sulit untuk di prediksi terlebih jika melibatkan lebih dari satu gugus yang mengalami ionisasi. Meskipun demikian, sering salah satu gugus dalam satu molekul obat lebih mudah mengalami ionisasi dari pada gugus yang lain pada ph tertentu.
             Koefisien partisi adalah tetapan keseimbangan suantu senyawa dalam sistem pelarut non polar dan polar, yang secara logaritmitma berhubungan dengan energy bebas
Ada dua macam koefisien partisi:
1.       Koefisien partisi atau TPC (true partition coefficient) harus memenuhi peryaratan kondisis sebagai berikut:
a.       Antara dua pelarut benar-benar tidak dapat campur satu sama lain
b.      Bahan obatnya tidak mengalami asosiasi dan disosiasi
c.   Kadar obatnya relatif kecil (< 0,01 M)
d.   Kelarutan solut pada masing-masing pelarut kecil.

jika semua persyaratan terpenuhi, maka berlaku persamaan: TPC=C1/C2
keterangan= C1= Kadar obat dalam fase lipoid
                    C2= Kadar obat dalam fase air
 


lll. Alat dan Bahan
           A.Alat
          1.tabung reaksi
          2.pipet tetes
          3.gelas beker
          4.labu takar
          5.pipet gondok
          6. Erlenmeyer
          7.Spekrofotometer
          B. Bahan
          1. fecl3
          2.ph 3,4 dan 5
          3.kloroform
          4.aquadest
          5. larutan dapar fosfat
lV. Menentukan APC
1.      Diambil 25 ml larutan dapar salisilat ph 3 dengan  pipet volume 25 ml, di masukkan dalam Erlenmeyer 100 ml
2.      Diambil 10 ml kloroform dengan pipet volume 10 ml, dimasukkan dalam Erlenmeyer 100 ml di atas
3.      Di masukkan campuran dapar salisilat ph3 dengan kloroform ke dalam indikator bersuhu 37C
4.      15 menit setelah di masukkan di ambil 1 ml, di ambil 1 ml fase air campuran dalam Erlenmeyer
5.      Di masukkan 1 ml fase tersebut dalam labu takar, di masukkan aquades sampai tanda  larutan x
6.      Di ambil 2ml larutan x dengan pipet volume 2ml, di masukkan kedalam tabung reaksi
7.      Di ambil 2 ml larutan fecl3 dengan pipet volume 2 ml, di masukkan dalam tabung reaksi, campuran dalam tabung di gojog perlahan
8.      Di ukur absorbansi larutan dalam tabung dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 525nm
9.      Di lakukan 4 sampai langka 8 setelah 15,30,45 dan 60 menit
10.  Di lakukan langkah 1 sampai 9 dengan dapat salisilat ph 4 dan ph 5


            PEMBAHASAN
            Praktikum ini di lakukan pengukuran koefisien partisi dan absorbansi dari campuran dapr obat asam salisilat dengan kloroform yang merupakan lipida. Bila di tinjau dari kepolaran kedua larutan yang di gunakan maka secara teoritis kedua larutan tersebut hanya sedikit yang dapat saling melarut bahkan bias di katakana tidak ada yang melarut atau tidak saling bercampur, karena adanya perbedaan polaritas yaitu kloroform yang merupakan fase lemak(fase non polar) dan dapar salisilat yang merupakan fase air (fase polar)
            Praktikum kali ini larutan dapar yang di gunakan yaitu dapar asam salisilat, karena agar tidak terjadi perubahan ph. Jika tidak mengunakan dapar asam salisilat maka ph akan berubah. Pengaru ph terhadap apc adalah semakin tinggi ph maka apc makin kecil, kadar yang di hasilken dengan pola samping dengan waktu  0 sampai 15 mengalami penurunan dan pada waktu 30,45 dan 60 menit tetap stabil. Dalam kestabilan tersebut mengalami keseimbangan dan jenuh jadi tidak ada asam salisilat.
            Kadar asam salisilat akan mencapai kesetimbangan apabilah selisih antara kedua larutan atau beberapa data kadar asam salisilat dengan ph3, ph4 dan ph 5 sedikit dan pada Erlenmeyer terbentuk 2 lapisan. Tujuan sampling dengan waktu 15 menit yaitu untuk melihat batas antara fase air dan kloroform.
            Pengukuran absorbansi larutan dalam tabung yaitu mengunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 525 nm, pengunaan spektrofotometer yaitu bersifat irreversible, sehingga data dapat terlihat. Pengunaan spektrofotometer sama dengan mengantiakan mata untuk melihat intensitas warna di dalam spektrofotometer.
            Pada pengukuran di tambahkan laruta fecl3 untuk memberikan warna pada larutan agar data absorbansi dapat di baca oleh spektrofotometer cahaya yang ada. Pemnberian fecl3 pada larutan mengubah warna larutan menjadi ungu atau violet yang menandai adanya derivate salisilat di dalam larutan


            
 .